pengertian, ciri-ciri, sruktur,dan contoh teks eksemplum
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Pengertian Teks Eksemplum
Teks eksemplum adalah teks yang menceritakan perilaku tokoh dalam ceritanya. Contoh teks eksemplum biasanya diawali dengan pengenalan tokoh, kemudian peristiwa yang dialami oleh tokoh, serta ditutup dengan interpretasi yang timbul dari tokoh tersebut.
Teks ini termasuk jenis karya yang mengandung pengalaman hidup manusia.
Ciri-ciri Teks Eksemplum
Untuk membedakan teks ini dengan teks ulasan maupun teks yang lain, terdapat ciri-ciri yang mesti kita tahu. Ciri-cirinya yaitu:
- Berisi terjadinya peristiwa yang tidak diinginkan.
- Mempunyai struktur lengkap.
- Adanya urutan peristiwa yang jelas.
- Menggunakan bahasa naratif.
Struktur Teks Eksemplum
Adapun elemen yang menyusun teks eksemplum sehingga menjadi utuh, dan memang sudah keharusan teks ini harus memiliki struktur lengkap. Berikut strukturnya:
- Orientasi, merupakan bagian awal teks ini. Bagian ini biasanya berisi tentang pengenalan tokoh. Contoh: Cowok itu sangat sabar dan disiplin.
- Insiden, merupakan bagian yang mengandung permasalahan yang dihadapi oleh tokoh. Contoh: Arul lupa mengerjakan pekerjaan rumah yang diberi oleh gurunya karena kemarin malam tertidur.
- Interpretasi, merupakan bagian yang mengandung pesan moral, evaluasi, dan juga akibat dari masalah yang dialami oleh tokoh.
Unsur Kebahasaan Teks Eksemplum
Hampir sama dengan teks prosedur kompleks yang banyak menggunakan konjungsi, di unsur kebahasaan teks eksemplum juga terdapat konjungsi, berikut ini unsur-unsurnya:
- Menggunakan Kalimat Kompleks
- Menggunakan Konjungsi (penghubung)
- Menggunakan Kata Rujukan
- Menggunakan Kata Kerja
JANGAN MATEMATIKA
Aku memang tidak begitu pandai bila dihadapkan dengan soal-soal matematika. Saat duduk di bangku kelas tiga SD, aku merasa soal-soal matematika yang harus aku pecahkan sangat sulit dan membingungkan.
Sedangkan ibuku adalah sosok wanita yang sangat perhatian terutama pada anak-anaknya. Beliau ingin anak-anaknya menjadi anak yang shaleh, pandai, dan dapat dibanggakan. Sedangkan saat duduk di bangku kelas tiga SD aku sudah mulai nakal dan malas belajar. Di kelas, jika ada teman yang mengajakku untuk ngobrol aku pasti lebih memilih ngobrol walaupun dengan suara pelan dari pada harus mendengarkan guruku menerangkan materi pelajaran
Siang itu aku pulang dari sekolah dengan memasang wajah yang lesu. Nilai matematika yang aku dapatkan hari itu sangat memalukan. Dan seperti biasa, ibuku selalu menanyakan tentang nilai yang didapatkan anaknya setiap pulang sekolah. Sambil mengeluarkan bulu dari tas sekolahku, ibuku bertanya, “Hari ini kamu mendapat nilai berapa, Nak?” Aku hanya bisa terdiam dan sulit untuik berkata-kata, hingga ibuku mengulangi pertanyaannya kembali. Dengan wajah takut aku pun menjawab pertanyaan ibu dengan terbata-bata dan suara lirih, “Mata pelajaran matematika aku mendapat nilai dua, Bu.” Mendengar jawabanku, seketika itu pun ibuku marah. Dilemparkanlah buku matematika itu tepat dihadapanku, kemudian beliau menasehati aku.
Tetapi aku senang, ibu menanyakan bahwa bwliau bangga terhadapku, karena aku telah berkata jujur dan mau mengakui kesalahanku.
Sejak saat itu aku berusaha keras untuk menggemari mata pelajaran matematika dan tidak mengulangi lagi kesalahanku yaitu, ngobrol dengan teman ketika guru sedang menerangkan pelajaran.
Aku memang tidak begitu pandai bila dihadapkan dengan soal-soal matematika. Saat duduk di bangku kelas tiga SD, aku merasa soal-soal matematika yang harus aku pecahkan sangat sulit dan membingungkan.
Sedangkan ibuku adalah sosok wanita yang sangat perhatian terutama pada anak-anaknya. Beliau ingin anak-anaknya menjadi anak yang shaleh, pandai, dan dapat dibanggakan. Sedangkan saat duduk di bangku kelas tiga SD aku sudah mulai nakal dan malas belajar. Di kelas, jika ada teman yang mengajakku untuk ngobrol aku pasti lebih memilih ngobrol walaupun dengan suara pelan dari pada harus mendengarkan guruku menerangkan materi pelajaran
Siang itu aku pulang dari sekolah dengan memasang wajah yang lesu. Nilai matematika yang aku dapatkan hari itu sangat memalukan. Dan seperti biasa, ibuku selalu menanyakan tentang nilai yang didapatkan anaknya setiap pulang sekolah. Sambil mengeluarkan bulu dari tas sekolahku, ibuku bertanya, “Hari ini kamu mendapat nilai berapa, Nak?” Aku hanya bisa terdiam dan sulit untuik berkata-kata, hingga ibuku mengulangi pertanyaannya kembali. Dengan wajah takut aku pun menjawab pertanyaan ibu dengan terbata-bata dan suara lirih, “Mata pelajaran matematika aku mendapat nilai dua, Bu.” Mendengar jawabanku, seketika itu pun ibuku marah. Dilemparkanlah buku matematika itu tepat dihadapanku, kemudian beliau menasehati aku.
Tetapi aku senang, ibu menanyakan bahwa bwliau bangga terhadapku, karena aku telah berkata jujur dan mau mengakui kesalahanku.
Sejak saat itu aku berusaha keras untuk menggemari mata pelajaran matematika dan tidak mengulangi lagi kesalahanku yaitu, ngobrol dengan teman ketika guru sedang menerangkan pelajaran.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar